Humbang Hasundutan Akibat Kebobrokan Partai Politik

Tugu Salak
Dalam situasi yang merugikan kepentingan rakyat, aku justru kebingungan mengapa banyak orang -orang muda kemudian mengagung-agungkan partai politik.
-Azari Tumanggor-

Manuver sistem partai sesungguhnya sudah lama menjangkiti masyarakat Indonesia. Penyakit-penyakit kapitalisme dan oligargi menjadi jalan panjang partai politik menuju praktik Kolusi, Korupsi dan Nepotisme dengan berbagai cara mengelabui masyarakat dari transparasi pemerintahan. Manuver politik ini berkembang menyuluti perbedaan ideologi, budaya, bahkan sampai penentuan moral anak bangsa tanpa memperhitungkan gejolak ekonomi dan posisi strategis mencapai kecerdasan serta ketangguhan rakyat dalam mewujudkan Indonesia menjadi negara yang beradab dari kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Gelombang politik yang berkepanjangan membuat generasi kebingungan antara pragmatis dan ideologis, sehingga terjebak kebuntuan dalam pembangunan yang inovatif untuk mencapai visi-misi pancasila.

Keadaan politik Humbang Hasundutan tidak lain hanya karna perbedaan kepentingan warna partai. Praktik putusan hak angket dan penolakan LPJ APBD menjadi sebuah ironi bagi masyarakat Humbahas bahwa kebenaran yang sesungguhnya bukan berdasarkan hati nurani masyarakat yang diwakili, namun meneruskan praktik oligarki untuk memenuhi eksistensi partai. Akibatnya kerindukan masyarakat untuk belajar partisipasi politik demokrasi dicorengi tingkah-tingkah ambigu dalam penentuan kebijakan pemerintah.

Hal semacam ini pernah disampaikan Ahok menjelang pemilu di Jakarta, sekali pun akhirnya beliau tumbang dalam praktik mencapai kekuasaan. Namun baiknya saya tak bicara soal mahar politik, karna itu akan menghadapkan kita pada kesiapan personal meskipun sangat mustahil. Partai politik dalam situasi yang sekarang belum ada sama sekali yang fokus memberikan pencerdasan dan pendidikan pada masyarakat, seolah-olah mereka senang dengan kebodohan yang akan di panen di pemilu selanjutnya. Sangat memprihatinkan bagi mereka yang bercita-cita menguasai orang lain.

Sebenarnya hal ini sangat biasa dalam sejarah politik dunia,  bahkan nusantara masih terjebak yang demikian. Berbicara Humbang Hasundutan mungkin mengajak pembaca untuk melihat titik hitam dalam kegelapan, namun mencerahkan setitik ini akan memancarkan sinar dan membentuk kepercayaan diri untuk revolusi politik demokrasi. Melihat kondisi Humbang Hasundutan dengan realitas, masyarakat sudah boleh berpikir memberi kepercayaan kepada partai politik demi good governance dan pelayanan yang lebih baik serta mengurangi cost politik yang sangat merugikan kesejahteraan rakyat.

DPRD yang dipilah-pilah berdasarkan fraksi sangat menyakitkan. Mereka kemudian bergerak berdasarkan kepentingan kolektif partai bukan lagi berdasarkan kebebasan berpikir untuk memperjuangkan rakyat yang diayomi diatas kertas. Dalam situasi politik yang demikian, saya justru terheran-heran mengapa orang-orang muda masih mengagung-agungkan partai politik.

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

1 komentar:

komentar
23 November 2018 pukul 23.19 delete

Ada yg mau spekulasi mengubah situasi ini?

Reply
avatar

Komentar