DARI HUMBAHAS HEBAT KE GANTI DPRD
















2019 akan menjadi satu-satunya kesempatan rakyat dalam menentukan pemimpin baik Presiden, Wakil Presiden, DRR-RI, DPRD Tingkat I, DPRD Tingkat II, dan DPD. Kesempatan ini harus menjadi gerakan idealisme rakyat Indonesia untuk menghentikan kekonyolan politik di negeri ini. Kalau kita menilik sejarah politik dari masa ke masa, maka tidak seharusnya kita berada dalam degradasi ide untuk memutuskan setiap persoalan yang hari demi hari dipertontonkan di media. Intimidasi moral, intoleransi, perdebatan politik abal-abal hanyalah pembodohan system yang seakan-akan menjadi kebenaran   agar kita tidak terfokus pada persoalan pendidikan, ekonomi, tata kelola pemerintahan daerah, termasuk mengenal figur penting di lembaga eksekuti (DPRD Tingkat I, DPRD Tingkat II).

Pembodohan politik elektoral hari ini bukan lagi mengarah pada rakyat, tapi mengacu pada elit pimpinan pusat. Makanya wajar kalau banyak calon karbitan yang hanya bermodal wajah Jokowi, meskipun banyak juga yang meniadakan wajah Prabowo dari media kampanye. Hal yang begini harus dihentikan. 2019 harus menjadi pertarungan gagasan dalam menuntaskan kesenjangan ekonomi, persoalan pendidikan, kebangkitan desa, serta menegaskan arah politik internasional

HUMBAHAS HEBAT?
Kembali ke Humbang Hasudutan. Wajah politik Humbang Hasundutan lebih banyak mengacu pada pertentangan emosinal penguasa dan oposisi, walaupun akhir-akhir ini sudah merembes pada perkembangan pertanian yang mudah-mudahan tuntas dalam menyelesaikan persoalan kesejahteraan. Ada tiga yang harus diperhatikan; Pemerintah daerah sebagai pelaksana anggaran, DPRD sebagai juru bicara rakyat (legislasi, anggaran, dan pengawasan), dan lembaga lain baik aparatur keamanan, tokoh adat, serta ormas.

Pemerintah daerah dibawah naungan Bupati Dosmar Banjarnahor berhasil menarik simponi bidang pertanian, meskipun sampai hari ini mayoritas masyarakat masih galau persoalan ekonomi.
“Banyak program pemerintah, hanya saja tidak pernah sampai ke arus bawah. Perputaran anggaran hanya dinikmati orang-orang tententu”, begitu ucapan salah seorang rakyat miskin di Parlilitan sewaktu berbincang soal kasus korupsi waktu lalu. Itulah persoalan dasarnya. Transparansi anggaran menuju good governance perlu diperbaiki. Program yang dirancang pemerintah harus dikaji sampai tahap pencapaian target, soal seberapa besar out put pada kehidupan kesejahteraan masyarakat?  Gagalnya pemerintah daerah terjadi akibat kebijakan yang tidak mengacu. Lantas bagaimana selanjutnya? Pada akhirnya kita akan sampai pada tahap seleksi, apakah layak atau tidak!

DPRD DANGKET-DANGKET!
DPRD adalah lembaga parlemen untuk meneruskan setiap aspirasi rakyat dari seluruh penjuru daerah di kabupaten Humbang Hasundutan. Mereka harus handal dalam berbicara, juga aktif menerima setiap persoalan rakyat. DPRD menjadi salah satu lembaga pembela rakyat ketika suatu saat ada ketimpangan pembangunan, juga ketidak-adilan sosial, pendidikan, dan kesehatan. Selain piawai, mereka harus menciptakan good building agar tidak terjadi negasi/penolakan pada lembaga. Sebab ketidak-percayaan rakyat pada wakil rakyat akan menjadi awalkehancuran negara dalam konsep birokrasi.

"Namun wajah DPRD Humbang Hasundutan berkata lain. Selain penyampaian aspirasi yang memprihatinkan, kajian-kajian pembangunan yang minim, serta proses hak angket yang memalukan!. Itulah penyebab ketimpangan sosial ekonomi serta menjadi penghalang terwujudnya pembangunan kemanusiaan di Kab. Humbang Hasundutan. Maka sampai hari ini, kita belum menemukan keteladanan yang baik dalam pengelolaan lembaga eksekutif.

2019 harus menjadi awal kebangkitan emosinal untuk perubahan. Orang-orang cacat ide dan keberanian, yang selama ini digaji rakyat harus diasingkan. Kampanye-kampanye yang tidak produktif harus dihentikan. Kalau tidak, sia-sialah kita hidup 10 atau 200 tahun lagi kalau tidak membuat perbedaan"

HINDARI MONEY POLITIK
Praktik money politik memang sudah menjadi hal lumrah bahkan diyakini sebagian orang menjadi kebenaran. Padahal itulah awal kehancuran idelogi dan moral bangsa. Selain menyebabkan perilaku korupsi, kita juga akan kehilangan masa depan generasi ini. Bukankah kita mengharapkan anak-cucu kita dalam posisi moral yang baik?

Praktik money politik tidak terlepas dari pola piker partai dan caleg. Partai yang berani bertarung gagasan, akan lebih mementingkan kehidupan yang beradab dan produktif dibanding kekuasaan yang dicapai dengan proses siluman. Partai dan caleg yang pecundang serta penakut akan menghalalkan money politik untuk mencapai kekuasaan.
Untuk itu rakyat harus cerdas. Bertapa hinanya kalau nanti kita memutuskan pemimpin pecundang dan penakut

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Komentar