MENINGKATKAN
KETRAMPILAN BELAJAR DENGAN MENERAPKAN DISKUSI KELOMPOK DI SMA N 1 PAKKAT
1.
Latar
belakang masalah
Manusia adalah
mahluk pemikir. Dari pikirannya muncul keingintahuan yang sangat besar dari
setiap insan manusia. Itulah yang membedakan manusia dari manusia dari mahluk
hidup lainnya. Dari keingintahuan ini juga muncul proses belajar. Belajar
merupakan semua aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi
aktif dalam lingkungan, yang menghasilkan perubahan – perubahan dalam pengelolaan
pemahaman (winkel). Ernest. R . Hilgard
(Sumardi Suryabrata, 1994:252)
mengatakan bahwa belajar adalah proses pembuatan yang dilakukan dengan
sengaja, yang kemudian menimbulkan perubahan, yang keadaannya berbeda dari
perubahan yang ditimbulkan oleh yang lainnya. Dengan kata lain, dapat
disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses mempelajari apa yang sebelumnnya
tidak diketahui sampai pada puncak perkembangan manusia yaitu dewasa.
Proses belajar ini relative bersifat
subjektif, maka untuk itu diperlukan sebuah lembaga untuk menyetarakan proses
perkembangan dengan perkembangan. Dalam hal ini, sekolah akan memberika
fungsinya sebagai lembaga pendidikan yang bertujuan memanusiakan manusia secara
objektif kepada seluruh siswa melalui proses pembelajaran. Lembaga pendidikan
itu sendiri disusun sebaga suatu system sebagai bentuk kurikulum. Pendidikan
itu mengharapkan siswa agar mampu
bersosialisasi dengan baik dan mendesain siswa agar berguna dan menjadi teladan
sebagai orang yang berpendidikan dengan moral yang baik serta diterima dalam
masyarakat.
Generasi yang akan diharapkan
sebagai generasi di masyarakat tentunya harus mampu menganalisis dan
berinteraksi dengan baik dalam dinamika hidup itu sendiri. Kepintaran
menganalisis ini serta mentransformasikan hasil analis ini bukanlah hal mudah
didapatkan secara instant. Untuk memenuhi kebutuhan ini, sekolah sebagai
lembaga pendidika harus mampu
mengeksplorasi kemampuan siswa dan membuat siswa benar benar berguna di
masyarakat. Sekolah yang membiasakan siswa untuk berinteraksi dan menganalisis,
kemungkinan besar siswa akan memiliki kecakapan berbicara dimana pun siswa
nanti berada dan begitu juga dengan sebaliknya. Siswa yang menjadi beban di
masyarakat umumnya berasal dari kepasifan siswa sehingga tidak menemukan jati
dirinya karena tidak didik dengan sepenuhnya.
Namun ketika kita berbicara realnya, semakin tahun semakin bertambah
penyimpangan sosial yang dimana sebagian besar adalah pemuda. Berangkat dari
situ kita perlu mempertanyakan dimana sebenarnya letak pendidikan yang
sesungguhnnya menjadi harapan kita bersama. Kemapuan berpikir tentang mana yang
baik dan yang buruk sudah jarang kita temukan lagi termasuk dalam pelaksanaan.
Siswa menjadi momok bagi dirinya sendiri dan bagi orang lain. Itu disebabkab
karena sekolah tidak lagi menyediakan ruang untuk belajar menganalisis dan berpikir nyata. Hal ini juga
mengakibatkan pendidikan Indonesia merosot jauh di peringkat dunia. Ini adalah
masalah serius yang berkepanjangan. Interaksi yang sedikit, hingga kecakapan
berdinamika sulit ditemukandalam berbagai aspek kehidupan siswa.
Sebagai sebuah lembaga pendidikan
yang berfungsi mencerdaskan kehidupan bangsa, maka sekolah harus bisa
memberikan ruang untuk mendidik siswa menuju harapan bangsa tersebut. Dalam hal
ini perlu diperhatikan lagi dalam sekolah ini adalah pelaksanaan lomba cerdas
cerma yang semakin kuran di sekolah ini sehingga kurang memotivasi siswa untuk
tampil lebih baik lagi sangat kurang. Selain itu penggunaan diskusi kelompok
sangat jarang diterapkan baik dalam proses pembelajaran maupun memecahkan
masalah yang ada disetiap aspek hidup. Selain itu, di SMA N 1 PAKKAT ini
seharusnya membuat suatu jenis debat dan mengikutkan siswanya di bagian
perlombaan daerah yang bisa memotivasi siswa untuk belajar jadi lebih serius
lagi disegala bidang.
Dalam hal ini yang paling ditekankan
adalah pelaksanaan diskusi kelompok yang selama ini tidak pernah dikukan secara
serius di sekolah ini. Dengan pelaksanaan diskusi kelompok, siswa dilatih untuk
aktif dan saling berargumen. Hal ini juga dapat menjanjikan kemampuan siswa
menganalisis hingga kecakapan yang tentunya diharapkan dari sebuah generasi.
Dengan menerapkan diskusi kelompok, siswa dilatih juga untuk aktif merespon
hingga terbentuk siswa – siswa yang peduli. Siswa tidak lagi pasif atau tidak
mau tau dalam belajar, tetapi akan trelatih bereksistensi, baik melalui gerakan
maupun dialektika dalam ketrampilan belajar. Jadi kesimpulan yang dapat diambil
adalah penerapan diskusi kelompok dapat meningkatkan ketrampilan belajar siswa.
Dari hasil pemikiran seperti ini,
maka saya mengajukan judul :MENINGKATKAN KETRAMPILAN BELAJAR DENGAN MENERAPKAN
DISKUSI KELOMPOK DI SMA N 1 PAKKAT.
1.
Rumusan
masalah penelitian tindakan kelas
Apakah
dengan menerapkan diskusi kelompok dapat meningkatkan ketrampilan belajar di
SMA N 1 PAKKAT?
2.
Hipotesis
penelitian
Melalui
diskusi kelompok dapat meningkatkan ketrampilan belajar siswa di SMA N 1 PAKKAT
3.
Tujuan
penelitian
a.
Menerapkan
diskusi kelompok di SMA N 1 PAKKAT.
b.
Meningkatkan
ketrampilan belajar siswa di SMA N 1 PAKKAT
4.
Mamfaat
penelitian.
a.
Bagi
siswa penelitian ini melatih siswa untuk terbiasa berdiskusi
b.
Bagi
sekolah dapat menilai tingkat ketrampilan siswa dalam belajar dan dapat menjadi
bahan pertimbangan lebuh lanjut.
c.
Bagi
guru dapat menjadi motivator agar siswa dapat melakukan diskusi kelompok dalam
keseharian kegiatan belajar.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Kajian
teori
1.
Diskusi
kelompok
Dalam keseharian
kita, bukanlah hal asing lagi ketika mendengar kata diskusi kelompok. Tapi
sebelum berbicara mengenai apa itu diskusi kelompok, ada baiknya gerlebih
dahulu perlu kita ketahui apa itu diskusi dan apa itu kelompok.
Diskusi adalah suatu proses interaksi
antara dua orang atau lebih. Diskusi dari kata latin yakni discusium yang mempunyai arti bertukar pikiran. Namun, yang perlu
dipahami adalah tidak semua kegiatan yang bertujuan bertukar pikiran itu bisa
disebut diskusi. Lebih jelasnya diskusi merupakan kegiatan bertukar pikiran
yang terarah, ada proses berjalannya dan ada juga hasil yang dicapai. Kegiatan
ini bertujuan untuk memperoleh suatu kesepakatan, pengertian dan keputusan
bersama atas suatu masalah yang diangkat jadi sebuah topik.
Moh. Surya mengatakan bahwa diskusi
merupakan suatu proses bimbingan dimana murid – murid akan mendapatkan suatu
kesempatan untuk menyumbang pemikiran masing – masing dalam memecahkan masalah
secara bersamaan. Dalam diskusi ini tertanam pula rasa tangggung jawab dan
harga diri. Sedangkan menurut Moh.Uzer.Usman, diskusi adalah suatu proses yang
teratur dengan melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang
informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah. Dan selanjutnya Wikipedia mengatakan bahwa diskusi adalah
sebuah interaksi komunikasi antara dua orang atau lebih yang biasanya
mengkomunikasikan ilmu atau pun pengetahuan dasar yang pada akhirnya memberikan
pemahaman. Jadi, dapat disimpulkan bahwa diskusi merupakan suatu proses
interaksi yang menimbulkan sebuah komunikasi yang terjadi antara dua orang atau
lebih menganalisis sebuah topik demi mencapai pemecahan masalah atau kesimpilan
bersama.
Diskusi ini pada awalnya adalah sebuah topik
dan kemudian orang yang terlibat akan memberikan argumentasi. Dalam diskusi,
orang yang memiliki dialektika yang bagus dan pemikiran yang kritis akn lebih
unggul disbanding kawan – kawan yang lain. Intinya adalah, dalam diskusi bukan
hanya orang yang bisa berargumentasi dalam menyampaikan inspirasi tapi dalam
hal ini argument yang disampaikan harus bersifat ktitis dan rasional dalam
kehidupan agar dapat diterima orang kain yang terlibat.
Setelah memahami apa itu pengertian dari
diskusi, maka kita akan membahas apa itu pengertian dari kelompok. Kelompok
adalah kumpulan dua orang atau lebih yang saling berinteraksi dengan tujuan
bersama. Iver dan Page (1961) mengemukakan bahwa kelompok adalah himpunan atau
kesatuan yang hidup bersama sehingga terdapat hubungan timbale balik dan saling
mempengaruhi serta memiliki kesadaran untuk saling pengaruh mempengruhi serta
memiliki kesadaran untuk saling tolong menolong. Hal yang serupa juga
disampaikan oleh Sherif (Genderungan, 1978). Dia mengatakan bahwa kelompok
merupakan suatu kesatuan sosial yang terdiri atas dua atau lebih orang – orang
yang mengatakan interaksi secara intersif dan teratur, sehingga diatara mereka
terdapat pembagian tugas, struktur dan norma – norma tertentu yang khas bagi
kesatuan tersebut.
Karena itu
kelompok berbeda dengan kerumunan orang –orang, yang meskipun secara fisik
kelihatannya bersatu, tetapi antara individu yang berada dalam kerumunan itu
sebenarnya tidak ada hubungan antara interkasi apa pun juga.
Berdasarkan pengertian tersebut maka
dapatlah dikatakan bahwa kelompok adalah sekumpulan orang yang terdiri paling
tidak sebanyak dua atau lebih yang melakukan interaksi satu dengan yang lainnya
dalam suatu aturan yang saling mempengaruhi pada setiap anggotanya. Dengan
demikian pada kelompok akan dijumpai berbagai proses seperti presepsi, adanya
kebutuhan pada anggota, interkasi dan sosialisasi. Proses tersebut merupakan
sesuatu yang dinamis, ketika terjadi interkasi antar anggota kelompok. Dan
dapat dikatakan kelompok terjadi karena adanya sesuatu energy kelompok yang
diarahkan pada tujuan kelompok.
Disamping itu, kelompok juga dapat
diartikan himpunan yang terdiri dari dua atau lebih individu (manusia) yang
memiliki ciri – cirri:
a.
Memiliki
ikatan nyata.
b.
Memiliki
interaksi dan interlasi sesame anggota
c.
Memiliki
struktur dan pembagian tugas yang jelas
d.
Memiliki
kadah – kaidah atau norma tertentu yang disepakati bersama
e.
Memiliki
keinginan dan tujuan bersama.
Lebih kita
jabarkan apa pengertian diskusi dan apa itu diskusi kelompok. Lalu apa itu
diskusi kelompok? Tohirin (2007:291) mengatakan bahwa diskusi kelompok
merupakan suatu cara dimana siswa memperoleh kesempatan untuk memecahkan
masalah secara besama – sama. Selain itu, Moh.Uzer.Usman (2008:94) mengatakan
bahwa diskusi kelompok merupakan suatu proses yang teratur juga melibatkan
sekelompok orang dalam interkasi tatap muka yang informal dengan berbagai
pengalaman antara informasi, pengambilan kesimpulan atau pemecahan masalah.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa diskusi kelompok merupakan suatu bentuk
kegiatan yang mencirikan suatu keterikatan pada suatu pokok masalah atau
pertanyaan, dimana anggota – anggota atau peserta diskusi itu secara jujur
berusaha memperoleh kesimpulan setelah mendengarkan dan mempelajari, serta
mempertimbangkan pendapat – pendapat yang dikemukakan dalam diskusi.
Pada pelaksanaan diskusi perlu
juga kita pahami bahwa harus ada unsur – unsur ideal sebagai berikut:
a.
Moderator
Moderator adalah
orang yang bertugas mengatur jalannya diskusi dengan tertib dan tetap sesuai
dengan permasalahan yang dibahas. Moderator ini juga nanti yang bertugas
membuka dan menutup acara diskusi.
b.
Penyaji
makalah/pembicara
Penyaji makalah atau pembicara yang biasa juga disebut
panelis adalah orang yang menyiapkan makalah, menyampaikan makalah dan
memberikan makalah. Penyaji makalah haruslah orang yang menguasai tentang
permasalahan yang dibahas dalam diskusi.
c.
Notelis
Notulis yaitu
orang yang bertugas untuk mencatat jalannya diskusi dalam bentuk notula. Selain
itu, notulis juga berfungsi sebagai pembantu moderator dalam mencatat pokok –
pokok tanggapan menyusun, simpulan diskusi dan membuat laporan diskusi.
d.
Peserta/partisipan/audiens
Merupakan orang
– orang yang mengikuti jalannya diskusi. Peserta ini berhak mengajukan
pertanyaan/tanggapan atas apa yang telah disampaikan oleh penyaji. Pertanyaan
atau tanggapan sebaiknya diajukan dulu pada penyaji melalui moderator. Dalam
pelaksanaan diskusi, keempat unsur ini hendaknnya perlu diperhatikan untuk
mencapai ini juga, perlu ada sikap toleransi dan saling menghargai demi sebuah
tujuan yang ingin dicapai.
Tidaklah asing lagi bagi telingan kita, banyak
diskusi yang berakhir dengan kericuhan. Dan paling parahnya lagi, tidak ada
kesimpulan atau tujuan yang hendak dicapai. Dalam kesia – siaan itu lah,
harusnya setiap peserta harus menghormati
dan menjalankan unsur – unsure itu.
2.Metode diskusi
kelompok di dalam kelas
Metode diskusi dalam belajar adalah suatu cara penyajian/ penyampaian
bahan pelajaran dimana guru memberikan kesempatan kepada para siswa/
kelompok-kelompok siswa yang mengadakan pembicaraan ilmiah guna mengumpulkan
pendapat, membuat kesimpulan atau menyusun berbagai alternatif pemecahan atas
suatu masalah. Forum diskusi dapat diikuti oleh seluruh siswa di dalam kelas, dapat
pula dibentuk kelompok-kelompok kecil. Yang perlu diperhatikan adalan hendaknya
para siswa berpartisipasi secara aktif dalam setiap forum diskusi. Semakin
banyak siswa terlibat dan menyumbangkan pikirannnya, semakin banyak pula yang
dapat mereka pelajari. Perlu pula diperhatikan peran guru. Apabila campur
tangan dan main perintah dari guru, niscaya siswa tidak akan dapat belajar
banyak.
Metode diskusi dalam belajar memiliki beberapa bentuk, yaitu:
1.
The social problem meeting
Dalam bentuk diskusi ini, para siswa berbincang-bincang memecahkan
masalah sosial di kelas atau di sekolahnya dengan harapan, bahwa setiap siswa
akan merasa terpanggil untuk mempelajari dan bertingkah laku sesuai dengan
kaidah-kaidah yang berlaku.
2. The open-endet meeting
Para siswa berbincang-bincang mengenai masalah apa saja yang.
berhubungan dengan kehidupan mereka sehari, kehidupan mereka di sekolah, dengan
segala sesuatu yang terjadi di lingkungan di sekitar mereka.
3. The educational-diagnosis
meeting
Para siswa berbincang-bincang mengenai pelajaran di kelas dengan
maksud untuk saling mengoreksi pemahaman mereka atas pelajaran yang telah
diterimanya agar masing-masing anggota memperoleh pemahaman yang lebih baik.
Metode diskusi dalam belajar memiliki
langkah-langkah sebagai berikut:
1.
Guru mengemukakan masalah yang akan
didiskusikan dan memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara
pemecahannya.
2.
Dengan pimpinan guru, siswa membentuk kelompok
diskusi, memilih pemimpin diskusi (ketua, sekretaris/ pencatat, pelapor dan
sebagainya (bila perlu), mengatur tempat duduk, ruangan sarana dan
sebagainya.
3.
Para siswa berdiskusi di kelompoknya
masing-masing sedangkan guru berkeliling dari kelompok satu ke kelompok yang
lain untuk menjaga serta memberi dorongan dan bantuan sepenuhnya agar setiap
anggota kelompok berpartisipasi aktif supaya diskusi bejalan dengan
lancar.
4.
Kemudian tiap kelompok diskusi melaporkan
hasil diskusinya. Hasil-hasil diskusi yang dilaporkan ditanggapi oleh semua
siswa (terutama bagi kelompok lain). Guru memberi ulasan dan menjelaskan tahap-tahap
laporan-laporan tersebut.
5.
Para siswa mencatat hasil diskusi tersebut,
dan para guru mengumpulkan hasil diskusi dari tiap-tiap kelompok, sesudah
siswanya mencatat untuk fail kelas.
Dalam proses diskusi, peranan guru sangat penting untuk memastikan
diskusi berjalan dengan
baik. Berikut ini peranan guru dalam metode diskusi:
1. Penunjuk jalan
Guru memberikan petunjuk umum dalam diskusi untuk mencapai kemajuan di
dalam diskusi.. Guru merumuskan jalannya diskusi andaikata terjadi penyimpangan
dari masalah. Apabila guru mengalami dalam diskusi terjadi jawaban buntu, maka
guru meluangkan jalan bagi murid sehingga diskusi berjalan dengan lancar.
2. Pengatur lalu lintas
Guru mengajukan semua pertanyaan secara teratur untuk semua anggota
diskusi, guru menjaga agar semua anggota dapat berbicara bergiliran untuk ini
biasanya diadakan urutan-urutannya atau terjamin, guru menjaga supaya diskusi
jangan hanya semata-mata dikuasai oleh murid-murid yang gemar berbicara, guru
terhadap murid yang pendiam dan pemalu guru harus mendorongnya supaya ia berani
mengeluarkan pendapatnya.
3. Diding penangkis
Guru atau pemimpin diskusi harus memantulkan semua pertanyaan yang
diajukan kepada semua pengikut diskusi. Dia tidak harus menjawab pertanyaan yang
harus diberikan kepadanya. Dia hanya boleh menjawab pertanyaan yang tidak dapat
dijawab oleh pengikut diskusi. Ini bertujuan agar semua pengikut diskusi dapat
menjawabnya.
Diskusi kelompok/kelas dapat memberikan sumbangan yang berharga
terhadap belajar murid, antara lain:
1.
Membantu murid untuk tiba kepada pengambilan
keputusan yang lebih baik ketimbang ia memutuskan sendiri, karena terdapat
berbagai sumbangan pikiran dari peserta lainnya yang dikemukakan dari berbagai sudut
pandangan.
2.
Mereka tidak terjebak dengan jalan pikirannya
sendiri yang kadangkadang salah.
3.
Segala kegiatan belajar akan memperoleh
dukungan bersama dari seluruh kelompok/kelas hingga memperoleh hasil belajar
yang lebih baik.
4.
Membantu mendekatkan atau mengeratkan hubungan
antar kegiatan kelas dengan tingkat perhatian dan derajat dari pada anggota
kelas.
5.
Apabila dilaksanakan dengan cermat, maka
diskusi merupakan cara belajar yang menyenangkan dan merangsang pengalaman,
karena dapat merupakan pelepasan ide-ide dan pendalaman, wawasan mengenai
sesuatu.
3.
Keuntungan Dan Kelemahan Metode Diskusi
Menurut Subroto (2002: 185) ada beberapa keuntungan dan kelemahan
metode diskusi antara lain sebagai berikut:
a.
Keuntungan metode diskusi
a)
Metode
diskusi melibatkan semua siswa secara langsung dalam proses belajar.
b)
Setiap
siswa dapat menguji tingkat kemampuan dan penguasaan bahan pelajarannya
masing-masing.
c)
Metode
diskusi dapat menumbuhkembangkan cara berpikir dan sikap ilmiah.
d)
Dengan
mengajukan pertanyaan dan mempertahankan pendapatnya dalam diskusi siswa
diharapkan akan dapat memperoleh kepercayaan akan kemampuan dirinya.
e)
Metode diskusi
dapat menunjang usaha-usaha pengembangan sikap sosial dan sikap demokratis
siswa.
f)
Dapat
mendorong partisipasi peserta didik secara aktif baik sebagai partisipan, penanya,
penyanggah, maupun sebagai ketua ataupun moderator.
g)
Menimbulkan
kreativitas dalam ide, pendapat, gagasan, prakarsa, ataupun terobosan-terobosan
baru dalam pemecahan masalah.
h)
Keputusan
yang dihasilkan kelompok akan lebih baik dari pada berpikir sendiri.
b.
Kelemahan metode diskusi
a)
Suatu diskusi tidak dapat diramalkan
sebelumnya mengenai bagaimana hasil sebab tergantung kepada kepemimpinan siswa
dan partisipasi anggota-anggotanya.
b)
Suatu diskusi memerlukan
keterampilan-keterampilan tertentu yang belum pernah dipelajari
sebelumnya.
c)
Jalannya diskusi dapat dikuasai (didominasi)
oleh beberapa siswa yang menonjol.
d)
Tidak semua topik dapat dijadikan pokok
diskusi, akan tetapi hanya hal-hal yang bersifat problematis saja yang dapat
didiskusikan.
e)
Diskusi yang mendalam memerlukan waktu yang
banyak. Siswa tidak boleh merasa dikejar-kejar waktu.
f)
Perasaan dibatasi waktu menimbulkan
kedangkalan dalam diskusi sehingga hasilnya tidak bermanfaat.
g)
Apabila suasana diskusi hangat dan siswa sudah
berani mengemukakan pikiran mereka maka biasanya sulit untuk membatasi pokok
masalahnya.
h)
Sering terjadi dalam diskusi murid kurang
berani mengemukakan pendapatnya.
i)
Jumlah siswa di dalam kelas yang terlalu besar
akan mempengaruhi setiap siswa untuk mengemukakan pendapatnya.
B.
Temuan
Penelitian Yang Relevan
Pada pelaksanaannya digunakan
metode diskusi pada materi Kebutuhan Manusia. Selanjutnya membagi siswa menjadi
beberapa kelompok dimana masing-masing kelompok akan membahas suatu
permasalahan yang terjadi di masyarakat maupun masalah yang ada di sekolah
dimana permasalahan tersebut dapat mempengaruhi kebutuhan manusia. Setiap
kelompok mendiskusikan masing-masing permasalahan yang dibahasnya. Kemudian
setiap juru bicara kelompok mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain
menanggapi hasil presentasi dari kelompok tersebut.
Dengan begitu seluruh siswa
akan berperan aktif dalam membahas setiap permasalahan yang di
diskusikannya.dalam metode ini juga membuat siswa untuk berani mengungkapkan
hasil pemikirannya dan kritis menanggapi hasil pemikiran kelompok lain.
Dan guru menjadi penengah atau penambah materi di akhir diskusi.
C.
Kerangka
berpikir
Setelah melihat dan
mempelajari dinamika dan dialektika di dalam sebuah kelompok, maka sangat
penting bagi sekolah untuk mendidik dan membiasakan siswanya di dalam sebuah
dinamika kelompok agar nantinya terbiasa dalam dinamika kehidupan. Dengan
pelaksanaan diskusi kelompok, siswa dapat menjadi lebih peka dalam kegiatan
pembelajaran dan juga lebih rajin dalam melaksanakan sebuah tuntutan
pendidikan. hal ini sangatlah penting dilaksanakan, agar siswa tidak menjadi
momok dalam pendidikan dan sebaliknya juga pendidikan tidak menjadi momok bagi
siswa.
Untuk melatih itu, guru dan siswa harus konsisten dan
melaksanakan diskusi kelompok. Bukan hanya untuk ketrampilan belajar, tapi
kemampuan untuk menaganalisis dan membuat siswa memiliki kecakapan hidupa yang
baik. Proses pendidikan inilah yang seharusnya di wujudkan. Selain manusia
adalah mahluk sosial, dalam arti bahwa manusia harus hidup berdampingan dan
memecahkan permasalahan hidup secara berdampingan juga. Disamping itu juga,
kemampuan berdinamika akan membuat siswa mengenal dimana letak dirinya di dalam
zona kehidupan, terlebih dalam pergaulan dan dapat mengurangi egosentris yang
tidak bertanggung jawab terhadap yang lain
D.
Hipotesis
penelitian
Melalui penerapan diskusi
kelompok, siswa dapat meningkatkan ketrampilan belajar di SMA N 1 PAKKAT
BAB
III
METODE
PENELITIAN
A.
Lokasi
dan Waktu Penelitian
Penelitian
tindakan kelas dilaksanakan adalah di SMA N 1 PAKKAT. Alasannya dilakukan
penelitian di sekolah ini adalah karena selama kurang lebih tiga tahun peneliti
pernah sekolah di SMA ini dan suatu kerinduan untuk kembali sebagai pengabdi
kepada Negara yaitu untuk meningkatkan pendidikan terlebih Bimbingan dan
Konseling. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai September 2015.
B.
Subjek
Penelitian
Subjek dari
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA N 1 PAKKAT tahun ajaran
2014/2015 yang berjumlah 40 siswa dan yang menjadi objek penelitian ini adalah
metode diskusi kelompok dapat meningkatkan ketrampilan belajar siswa.
C.
Analisis
data
Penelitian ini
dilakukan dalam bentuk belajar kelompok dengan materi yang diberikan adalah
tentang materi pembelajaran dan masalah –masalah yang ada di kehidupan sehari
–hari. Subjek sendiri terdiri dari 40 siswa dimana terdiri dari 15 orang pria
dan 25 orang wanita. Dan selanjutnya akan dibagi dalam delapan kelompok dengan
masing – masing anggota kelompok 3 pria dan 5 wanita.
Diskusi kelompok ini dilaksanakan
pada pukul 15.00 WIB sebagai kegiatan estra agar tidak menggangu pelajaran
sekolah. Dan sebelum diskusi berlangsung siswa harus makan terlebih dahul.
Selain itu, diskusi dilaksanakan di bawah pohon rindang yang kebetulan ada di
depan sekolah dengan lokasi berjauhan sekitar kurang lebih 50 meter untuk tiap
kelompok. Hal ini diyakini untuk tidak mengganggu satu kelompok ke kelompok
lain dan di usahakan sekondisional mungkin dan ketertiban karena lokasi sekolah
ini juga jauh dari keramaian.
Analisis ini dilakukan untuk
mengetahui berhasil atau tidaknya tindakan yang dilakukan dalam penelitian ini.
Hal ini dapat dilihat dari seberapa persenkah metode diskusi kelompok untuk
dapat meningkatkan ketrampilan siswa dalam belajar.
Adapun
rumus variabel menurut Sugiyono (2006):
P = F/n x 100%
Keterangan :
P = Lembar
Observasi
F = Jumlah siswa yang
mengalami perubahan
N = Jumlah seluruh
siswa
D.
Defenisi
Operasional Variabel
Diskusi kelompok
merupakan sesuatu yang dapat menimbulkan ketrampilan belajar siswa. Ketrampilan
ini dapat dilihat dari seberapa cepat siswa dapat belajar dengan baik dan benar
sesuai dengan tuntunan pendidikan, baik dimulai keaktifan dalam belajar,
keaktifan dalam dinamika sekolah, minat dalam mengerjakan tugas serta tingkat
kepedulian dalam belajar dan nilai yang tinggi
Hasil ketrampilan siswa ini dapat
kita lihat sebagaimana siswa meningkat dalam keaktifan pembelajaran dan
kemudian secara prestasi dan bagaimana siswa mencapai prestasi tersebut. Selain
itu ketrampilan ini dapat kita lihat bagaimana cara belajar siswa tersebut
menuju ke arah yang lebih baik. Indicator yang ingin dicapai adalah berupa:
a.
Ingin
memperoleh nilai yang tinggi.
b.
Aktif
dalam mengerjakan tugas – tugas sekolah.
c.
Senang
berkomunikasi dan saling berbagi dengan sesama teman.
d.
Senang
mencari dan memecahkan masalah yang ada di sekitar secara bersama sama.
e.
Aktif
dalam memberikan masukan dan tanggapan di kelas.
f.
Aktif
dalam organisasi sekolah.
E.
Desain
Penelitian.
Desain
penelitian yang dilaksanakan adalah desain yang menggunakan model Remmis dan M.
Taggart yang dikemukakan secara skematis seperti yang terlihat pada skema.
A.
Prosedur
penelitian
Penelitian ini
langsung dilakukan di luar kelas dan di dalam kelas meliputi kegiatan
pelaksanaan PTK berupa refleksi awal dan observasi untuk mengidentifikasi
permasalahan yang terjadi dikelas dan diluar kelas dan mencari pemecahan
masalahnya. Pelaksanaan PTK ini dilaksanakan dalam dua siklus.
Siklus I
Tujuan siklus I
adalah untuk menerapkan kerja sama siswa dan guru dalam proses pelaksanaan
diskusi kelompok di dalam ruangan kelas atau pun di luar kelas.
1.
Tahap
perencanaan
Hal yang
direncanakan peneliti adalah seperti:
a.
Penelitian
ini direncanakan dapat tercapai dengan dua siklus selama tiga bulan di semester
genap kelas X
b.
Pelaksanaan
tindakan adalah peneliti sendiri guru BK di SMA N 1 PAKKAT, orang tua dan
kepala sekolah sebagai pemantau pelaksanaan tindakan.
c.
Instrument
penelitian yang digunakan seperti catatan lapangan, lembar observasi dan
pelaksanaan observasi dibantu oleh handycam.
d.
Mempersiapkan
lembar observasi dan catatan lapangan untuk memperoleh data dari siswa, guru
dan orang tua. Peneliti mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang
diperlukan di kelas atau di luar kelas agar penelitian ini dapat berlangsung
dengan baik.
e.
Mempersiapkan
cara mengobservasi beserta alatnya.
2.
Tindakan.
Sebelum peneliti
melaksanakan tindakan perlu disusun langkah langkah yang diambil agar semua
komponen yang perlu dapat dikelola. Langkah – langkah yang dapat ditempuh
sebagai berikut :
a.
Mengidentifikasi
siswa yang memiliki ketrampilan belajar yang rendah berupa siswa yang tidak mau
tau, tingkat kepedulian dalam belajar rendah dan pasif.
b.
Mebgidentifikasi
cara guru yang mengajar di dalam kelas dan bagaimana cara guru memberikan
pelajaran yang memotivasi keaktifan siswa dalam belajar.
c.
Mengadakan
rapat antara guru dan orang tua untuk memantau kondisi belajar siswa di rumah.
d.
Mengaktifkan
media penghubungan antara guru dan orang tua untuk saling mengerti dan memahami
apa tujuan dari penelitian ini dan meningkatkan ketrampilan belajar siswa.
3.
Observasi
Pelaksanaan
observasi dilakukan oleh peneliti. Selama tindakan dilakukan guru di kelas,
peneliti duduk di dalam kelas mengamati, pengambilan data dibantu dengan
menggunakan handycam, catatan lapangan. Aspek yang diobservasi yaitu:
a.
Seberapa
pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan rencana tindakan
b.
Seberapa
pelaksanaan tindakan telah menunjukkan tanda – tanda akan tercapainya tujuan
tindakan
c.
Apakah
terjadi dampak yang positif
d.
Apakah
terjadi dampak sampingan yang negative
4.
Refleksi
Hasil observasi
yang didapat di dalam tahap tindakan, observasi dan catatan lapangan
dikumpulkan dan dianalisis pada tahap ini, sehingga didapat kesimpulan dari
tindakan yang dilakukan. Hasil refleksi ini kemudian digunakan sebagai dasar
untuk tahap perencanaan siklus berikutnya. Evaluasi dilakukan setelah selesai
satu siklus, berdasarkan catatan lapangan dan lembar observasi. Evaluasi
dilakukan oleh peneliti dengan kriteria evaluasi ditentukan 75% dari siswa yang
memiliki ketrampilan belajar yang baik setelah pemberian tindakan yang
dilakukan selama 3 bulan. Indicator dalam ketrampilan belajar ini adalah:
a.
Ingin
memperoleh nilai yang tinggi.
b.
Aktif
dalam mengerjakan tugas – tugas sekolah.
c.
Senang
berkomunikasi dan saling berbagi dengan sesama teman.
d.
Senang
mencari dan memecahkan masalah yang ada di sekitar secara bersama sama.
e.
Aktif
dalam memberikan masukan dan tanggapan di kelas.
f.
Aktif
dalam organisasi sekolah.
Siklus II
Pada siklus II
ini bertujuan untuk menvalidasi dan menyakinkan hasil penelitian penerapan
kerja sama orang tua dan guru dalam meningkatkan ketrampilan belajar siswa.
1.
Perencanaan
Prosedurnya sama
seperti pada siklus I. Berdasarkan pengamatan peneitian pelaksanaan siklus I,
maka dapat diidentifikasi masalah masalah baru yang merupakan pengembangan dari
masalah awal.
2.
Tindakan
Sebelum peneliti
melaksanakan tindakan perlu disusun langkah langkah yang diambil agar semua
komponen yang perlu dapat dikelola. Langkah – langkah yang dapat ditempuh
sebagai berikut :
a.
Mengidentifikasi
kembali siswa yang memiliki ketrampilan belajar yang rendah berupa siswa yang
tidak mau tau, tingkat kepedulian dalam belajar rendah dan pasif.
b.
Mebgidentifikasi
cara guru yang mengajar di dalam kelas dan bagaimana cara guru memberikan
pelajaran yang memotivasi keaktifan siswa dalam belajar.
c.
Mengadakan
rapat antara guru dan orang tua untuk memantau kondisi belajar siswa di rumah.
d.
Mengaktifkan
media penghubungan antara guru dan orang tua untuk saling mengerti dan memahami
apa tujuan dari penelitian ini dan meningkatkan ketrampilan belajar siswa.
3.
Observasi
Pelaksanaan
observasi dilakukan oleh peneliti. Selama tindakan dilakukan guru di kelas,
peneliti duduk di dalam kelas mengamati, pengambilan data dibantu dengan
menggunakan handycam, catatan lapangan. Aspek yang diobservasi yaitu:
e.
Seberapa
pelaksanaan tindakan telah sesuai dengan rencana tindakan
f.
Seberapa
pelaksanaan tindakan telah menunjukkan tanda – tanda akan tercapainya tujuan
tindakan
g.
Apakah
terjadi dampak yang positif
h.
Apakah
terjadi dampak sampingan yang negative
4.
Refleksi
Hasil observasi
yang didapat dari tahap tindakan, observasi serta wawancara dan catatan
lapangan dikumpulkan dan dianalisis pada tahap ini, sehingga di dapat kesimpulan
dari tindakan yang dilakukan hasil refleksi ini kemudian digunakan sebagai
dasar untuk tahap perencanaan selanjutnya apabila masih dibutuhkan. Evaluasi
dilakukan setelah selesai satu siklus berdasarkan catatan lapangan dan lembar
wawancara. Evaluasi dilakukan oleh peneliti dengan kriteria evaluasi ditentukan
65% dari jumlah siswa yang memiliki peningkatan ketrampilan belajar setelah
diberikan tindakan selama tiga bulan. Indicator dari ketrampilan belajar
adalah:
g.
Ingin
memperoleh nilai yang tinggi.
h.
Aktif
dalam mengerjakan tugas – tugas sekolah.
i.
Senang
berkomunikasi dan saling berbagi dengan sesama teman.
j.
Senang
mencari dan memecahkan masalah yang ada di sekitar secara bersama sama.
k.
Aktif
dalam memberikan masukan dan tanggapan di kelas.
l.
Aktif
dalam organisasi sekolah.
F.
Alat
pengumpulan data.
Alat pengumpulan
data dilakukan dengan menggunakan lembar observasi:
Observasi
dilakukan untuk mengamati kegiatan di kelas. Selama kegiatan di dalam kelas
atau diluar kelas. Kegiatan yang diamati meliputi aktivitas guru dan aktivitas
siswa dalam diskusi kelompok. Observasi yang dimaksud untuk mengetahui
kesesuaian tindakan dengan rencana yang telah disusun dan untuk mengetahui
sejauh mana pelaksanaan tindakan dapat menghasilkan perubahan yang sesuai
dengan yang dikehendaki.