Pada blog sebelumnya banyak saya paparkan sebagai suatu rencana atau ekspektasi yang bisa kita ambil berupa harapan dan cita - cita kita sebagai negara merdeka menuju-humbang-hasundutan-2015-2020 yang sejahtera. Dalam pergumulan pesta demokrasi akbar ini juga sepertinya akan merubah berbagai aspek baik pola pemikiran atau pun sistem politik yang akan di gunakan sebagai suatu perwujudan solidaritas dan jelmaan dari ilmu politik baik individu maupun parpol. Maka kali ini mari kita coba refleksikan bagaimana kira - kira permainan politik dan apa yang seharusnya kita lakukan sebagai masyarakat yang peduli akan lingkungan hidup dan sebagai masyarakat yang sudah di era pendidikan zaman sekarang yang jauh dari pembodohan.
Sebagai masyarakat yang jauh dari perkembangan dan ilmu pengetahuan, tentunya kita akan bingung mana yang akan kita pilih sebagai wujud dari kontribusi kita kepada Humbang Hasundutan dalam pemilihan ini, di mana kita kebanyakan termakan oleh rayuan sehingga kita seperti membeli kucing dalam karung di mana kita tidak tau apa realnya di balik semua embel - embelan partai dan juga calon bupati yang akan bersaing.
Dalam pelaksanaan pemilihan bupati mendatang, aktivitas kampanye akan semakin membludak seperti pemasaran yang kerap kali kita lihat dalam perdagangan industri. Dalam artinya, siapa yang mampu memenuhi konsumen, dialah yang akan semakin mendapat kepercayaan dalam pemerintahan ini. Maka tidak lah heran apabila semakin hebohnya komunikasi massal dan gosip sekitar money politic tapi disisi lain hal yang paling buruknya, masyarakat sulit sekali menemukan profil lengkap calon bupati.
Yang saya soroti sebagai mahasiswa adalah, bukanlah masalah politisasi oleh partai karena bagaimana pun politik kebanyakan berpaham materialisme akan menghalalkan segala cara dalam pemilihan mendatang. Makanya sebelum itu dapat saya simpulkan bahwa permainan politik sudah memasuki krisis moral yang sangat mendasar.
Pakkat, Parlilitan, dan Tarabintang atau yang biasa di singkat PAPATAR serta kecamatan lain yang masih tertinggal akan menjadi buah bibir dan akan menjadi sebuah ekspektasi yang besar apabila para calon mampu menarik hati masyarakat yang sebagian besar berada di roda pertanian selayaknya daerah agraris lainnya.
Seperti pada pemerintahan sebelumnya, terjadi banyak sekali kesenjangan sosial baik di ruang lingkup inovasi dan pembangunan, sektor pertanian, sektor parawisata yang meskipun akhir - akhir ini sudah mulai di perhatikan, sektor perikanan dan berbagai sektor lainnya. Masyarakat PAPATAR harusnya sadar akan kesenjangan ini dan mampu menyuarakan tonggak keadilan sebagai insan pancasila di negara kita yang pancasila.
Pemerintah tanpa masyarakat adalah khayalan belaka, dan masyarakat tanpa pemerintah adalah kesia - siaan yang berujung pada penderitaan rakyat. Maka dari situ kita sebagai masyarakat paham dan tau bahwa pemerintah adalah bagian dari kita dan saudara kita dalam memajukan kesejahteraan rakyat sebagai tujuan kita bernegara. Maka dalam pemilihan ini, hendaknya kita tau siapa yang memang berasal dari rakyat dan siapa yang hanya menumpang atas nama rakyat.
Dalam permainan politik dalam beberapa hari mendatang, akan banyak personal branding dari tiap - tiap calon partai yang akan terjun langsung mencari simpatik rakyat terlebih daerah PAPATAR, karena bagaimana pun rakyat yang masih dalam lingkaran kemiskinan akan sangat mudah dipengaruhi oleh para pemberi harapan, tak peduli apa itu harapan palsu atau harapan yang salah sambung.
PAPATAR adalah daerah yang mempunyai potensi alam yang sangat banyak, di mulai tanahnya yang bagaikan surga dengan emas - emasnya, hasil hutan yang masih menjadi komoditas rakyat daerah, dan masih banyak yang lain. PAPATAR yang selama ini layaknya terdegradasi dari lalu lintas perintahan HUMBANG HASUNDUTAN, sudah bolehlah berpikir untuk kesejahteraan dalam 5 tahun mendatang. Di mulai dari pembangunan jalan, kemajuan peternakan dan perikanan, peningkatan kualitas hasil pertanian, dan lain sebagainya terlebih pelestarian HAMINJON sebagai ciri identitas daerah Pakkat yang sudah mulai menghilang dari pandangan kita sehari - hari.
Kemerdekaan ialah hak segala bangsa, maka harusnya masyarakat PAPATAR sudah mulai berbicara dengan kemerdekaan yang menjanjikan antara kerja sama masyarakat dan pemerintah setelah pesta demokrasi ini baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Terlebih pembangunan SIPULAK menjadi PLTA yang bekerja sama dengan pihak asing harusnya rakyat PAKKAT diberi hak layaknya tuan rumah, bukan budak di rumah sendiri. Dan tentunya masih banyak zona lain yang memberikan efek bias yang memaksa rakyat kita harus bertempur dengan cangkul -cangkul yang sudah patah dan hanya bermodalkan semangat untuk mencari sesuap nasi.
Sebagai daerah yang mempunyai otonomi, daerah PAPATAR juga harusnya sudah bisa juga mulai membuat pondasi agar menjadi daerah pemekaran agar semakin dekat dengan kehidupan yang madani seperti yang dijanjikan oleh negara kita sebagai sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Jika PAPATAR tetap masih seperti si nenek yang pincang dalam perjalanan kehidupan bernegara, mari kita memikirkan nasib kita sendiri sebagai daerah otonomi yang hasilnya tentu untuk kita sendiri juga.
Kita sebagai rakyat, terlebih daerah PAPATAR bukanlah sebagai penonton sebuah pameran sandiwara yang didalamnya banyak sekali ketidak adilan yang sampai sekarang masih tidak berujung dengan kebaikan. Terlebih dalam pemilihan ini, kita bukanlah seperti budak - budak yang akan di panen atau bahkan memanen saudara - saudara kita, memanen Ayah Ibu kita yang tidak paham dalam dunia politik atau dengan kata lain hanya pilihan "memilih tidak memilih harus memilih" sehingga mencapai ketidakpedulian tertinggi yang akan berujung pada kemiskinan kita juga.
Sebagai Rakyat BATAK yang pintar, kita tidaklah harus naik sebagai calon pemerintah untuk mewakili daerah kita sendiri. Tapi bagaimana kita menyuarakan suara penderitaan, menyampaikan suara tanah - tanah kita yang tidak pernah terkena pupuk, menyampaikan suara - suara dapur kita yang kering karna sulitnya taraf hidup, yang padahal oknum - oknum kapitalis mendapatkan segalanya di tanah kita.
Sebagai daerah pemekaran, hendaknya tahun 2015 - 2020 ini bisa menjadi tahun senyum yang menaburkan kedamaian karena kesejahteraan kita yang sudah mulai tersentuh. Tahun yang dimana tanah - tanah kita lebih hijau dan subur. Dan bukan tahun dimana anak - anak kita banyak putus sekolah karena ketidakpedulian dan ketidaktahuan yang berujung dengan tingkat stress yang paling tingi. Terlebih mahasiwa dari daerah kita yang tidak pernah dapat beasiswa dari Pemkab seperti daerah lain.
Dalam mencapai tujuan itu mari kita berkonsolidasi layaknya rimba yang masih tertata rapi di PAPATAR, mari kita berjuang menerjun sistem legitimasi layaknya sungai - sungai yang mengarah pada ketenangan karena keadilan. Seperti Rakyat batak yang suka akan pesta, rakyat batak yang suka manortor bersama dengan tidak ada kesenjangan sosial.
Horas Papatar
Azari Tumanggor
Himpunan Mahasiswa Pakkat
Yang saya soroti sebagai mahasiswa adalah, bukanlah masalah politisasi oleh partai karena bagaimana pun politik kebanyakan berpaham materialisme akan menghalalkan segala cara dalam pemilihan mendatang. Makanya sebelum itu dapat saya simpulkan bahwa permainan politik sudah memasuki krisis moral yang sangat mendasar.
Pakkat, Parlilitan, dan Tarabintang atau yang biasa di singkat PAPATAR serta kecamatan lain yang masih tertinggal akan menjadi buah bibir dan akan menjadi sebuah ekspektasi yang besar apabila para calon mampu menarik hati masyarakat yang sebagian besar berada di roda pertanian selayaknya daerah agraris lainnya.
Seperti pada pemerintahan sebelumnya, terjadi banyak sekali kesenjangan sosial baik di ruang lingkup inovasi dan pembangunan, sektor pertanian, sektor parawisata yang meskipun akhir - akhir ini sudah mulai di perhatikan, sektor perikanan dan berbagai sektor lainnya. Masyarakat PAPATAR harusnya sadar akan kesenjangan ini dan mampu menyuarakan tonggak keadilan sebagai insan pancasila di negara kita yang pancasila.
Pemerintah tanpa masyarakat adalah khayalan belaka, dan masyarakat tanpa pemerintah adalah kesia - siaan yang berujung pada penderitaan rakyat. Maka dari situ kita sebagai masyarakat paham dan tau bahwa pemerintah adalah bagian dari kita dan saudara kita dalam memajukan kesejahteraan rakyat sebagai tujuan kita bernegara. Maka dalam pemilihan ini, hendaknya kita tau siapa yang memang berasal dari rakyat dan siapa yang hanya menumpang atas nama rakyat.
Dalam permainan politik dalam beberapa hari mendatang, akan banyak personal branding dari tiap - tiap calon partai yang akan terjun langsung mencari simpatik rakyat terlebih daerah PAPATAR, karena bagaimana pun rakyat yang masih dalam lingkaran kemiskinan akan sangat mudah dipengaruhi oleh para pemberi harapan, tak peduli apa itu harapan palsu atau harapan yang salah sambung.
PAPATAR adalah daerah yang mempunyai potensi alam yang sangat banyak, di mulai tanahnya yang bagaikan surga dengan emas - emasnya, hasil hutan yang masih menjadi komoditas rakyat daerah, dan masih banyak yang lain. PAPATAR yang selama ini layaknya terdegradasi dari lalu lintas perintahan HUMBANG HASUNDUTAN, sudah bolehlah berpikir untuk kesejahteraan dalam 5 tahun mendatang. Di mulai dari pembangunan jalan, kemajuan peternakan dan perikanan, peningkatan kualitas hasil pertanian, dan lain sebagainya terlebih pelestarian HAMINJON sebagai ciri identitas daerah Pakkat yang sudah mulai menghilang dari pandangan kita sehari - hari.
Kemerdekaan ialah hak segala bangsa, maka harusnya masyarakat PAPATAR sudah mulai berbicara dengan kemerdekaan yang menjanjikan antara kerja sama masyarakat dan pemerintah setelah pesta demokrasi ini baik dari segi kuantitas maupun dari segi kualitas. Terlebih pembangunan SIPULAK menjadi PLTA yang bekerja sama dengan pihak asing harusnya rakyat PAKKAT diberi hak layaknya tuan rumah, bukan budak di rumah sendiri. Dan tentunya masih banyak zona lain yang memberikan efek bias yang memaksa rakyat kita harus bertempur dengan cangkul -cangkul yang sudah patah dan hanya bermodalkan semangat untuk mencari sesuap nasi.
Sebagai daerah yang mempunyai otonomi, daerah PAPATAR juga harusnya sudah bisa juga mulai membuat pondasi agar menjadi daerah pemekaran agar semakin dekat dengan kehidupan yang madani seperti yang dijanjikan oleh negara kita sebagai sebuah negara yang merdeka dan berdaulat. Jika PAPATAR tetap masih seperti si nenek yang pincang dalam perjalanan kehidupan bernegara, mari kita memikirkan nasib kita sendiri sebagai daerah otonomi yang hasilnya tentu untuk kita sendiri juga.
Kita sebagai rakyat, terlebih daerah PAPATAR bukanlah sebagai penonton sebuah pameran sandiwara yang didalamnya banyak sekali ketidak adilan yang sampai sekarang masih tidak berujung dengan kebaikan. Terlebih dalam pemilihan ini, kita bukanlah seperti budak - budak yang akan di panen atau bahkan memanen saudara - saudara kita, memanen Ayah Ibu kita yang tidak paham dalam dunia politik atau dengan kata lain hanya pilihan "memilih tidak memilih harus memilih" sehingga mencapai ketidakpedulian tertinggi yang akan berujung pada kemiskinan kita juga.
Sebagai Rakyat BATAK yang pintar, kita tidaklah harus naik sebagai calon pemerintah untuk mewakili daerah kita sendiri. Tapi bagaimana kita menyuarakan suara penderitaan, menyampaikan suara tanah - tanah kita yang tidak pernah terkena pupuk, menyampaikan suara - suara dapur kita yang kering karna sulitnya taraf hidup, yang padahal oknum - oknum kapitalis mendapatkan segalanya di tanah kita.
Sebagai daerah pemekaran, hendaknya tahun 2015 - 2020 ini bisa menjadi tahun senyum yang menaburkan kedamaian karena kesejahteraan kita yang sudah mulai tersentuh. Tahun yang dimana tanah - tanah kita lebih hijau dan subur. Dan bukan tahun dimana anak - anak kita banyak putus sekolah karena ketidakpedulian dan ketidaktahuan yang berujung dengan tingkat stress yang paling tingi. Terlebih mahasiwa dari daerah kita yang tidak pernah dapat beasiswa dari Pemkab seperti daerah lain.
Dalam mencapai tujuan itu mari kita berkonsolidasi layaknya rimba yang masih tertata rapi di PAPATAR, mari kita berjuang menerjun sistem legitimasi layaknya sungai - sungai yang mengarah pada ketenangan karena keadilan. Seperti Rakyat batak yang suka akan pesta, rakyat batak yang suka manortor bersama dengan tidak ada kesenjangan sosial.
Horas Papatar
Azari Tumanggor
Himpunan Mahasiswa Pakkat
1 komentar:
komentarMari berbuat sesuatu yang baik :)
Reply