HUT 14 TAHUN HUMBAHAS, PAPATAR Jangan Dijadikan Tumbal Pemekaran



Parlilitan
Pemekaran menjadi hak esensional setiap rakyat daerah, karna dengan itu setiap daerah diberi kontrol bebas menggunakan hak otonomi untuk mengelola setiap kebijakan demi kesejahteraan rakyat. Pemekaran ditujukan demi mewujudkan masyarakat madani berdasarkan cita-cita pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Maka pemekaran memunculkan harapan rakyat yang lebih baik, dimulai dari bidang ekonomi, pendidikan, pemerintahan, serta akses pengurusan administrasi yang lebih cepat dan efisien.

Jikalau kita menilik panggung perayaan Humbang Hasundutan kemarin, sama sekali pemekaran bukan ditujukan untuk rakyat. Tapi untuk kepentingan elit politik. Nampak begitu maksimalnya Pemerintahan Humbang Hasundutan mendesain pesta demi menjamu orang-orang yang berkuasa di Sumatera Utara ini. Itulah yang dapat saya disimpulkan, bahwa pemekaran 14 tahun yang lalu hanya dinikmati tokoh elit politik yang coba mengatas-namakan cita-cita rakyat.

Maka saya sebut saja PAPATAR. Jikalau kita berkomentar tanpa melihat realita, memang akan lebih nasionalis, lebih negarawan, lebih beretika dibanding coretan saya ini. Namun dalam  proses demokrasi serta partisipasi politik masyarakat papatar masih dibiarkan dalam kebodohan untuk digunakan sebagai sumber-sumber suara, dan selanjutnya tinggal dalam sebuah kenangan. Demi itu, cita-cita pemekaran harusnya kita tanamkan bersama menjadi landasan bergerak. Untuk menyuarakan bahwa mereka yang di dalam sana, tidak pantas dipertaruhkan demi kemajuan daerah lain.

Dalam sejarah pergelutan bangsa, memang tidak ada yang terjadi kebetulan. Cita-cita kehidupan masyarakat PAPATAR yang lebih baik, tak akan muncul tanpa perkembangan pemikiran serta tindakan yang dilakukan oleh kelompok terpelajar dalam menggenjot alibi pemerintah dalam melakukan amanah rakyat. Maka ketika kita sadari selanjutnya, pergerakan ini tak harus jadi pergerakan jalanan. Tapi menanamkan kesadaran, menanamkan partisipasi demokrasi, pengetahuan, juga makna kepedulian seolah-olah kita demam akan perubahan.

Untuk itu, perlu kita tegaskan bahwa PAPATAR dalam kondisi yang sekarang jangan ditumbalkan demi kepentingan elit politik. Biarlah perayaan kita hadiri dengan telanjang, untuk menyatakan bahwa  otak kita tidak primordial, menunjukkan bahwa 14 tahun Humbang Hasundutan tidak akan bisa menyembuhkan luka dan keringat selama puluhan tahun ketika cita-cita pemekaran itu disepakati bersama.

Ini bukan seruan aksi, bukan juga ajakan memberontak. Tapi mengingatkan bahwa kita juga hakikinya manusia. Dan nyatanya belum ada tokoh terlihat  yang memperhatikan relita yang terjadi di PAPATAR. Hendaknya makna kepedulian kita teruskan, seperti seharusnya.

Salam Generasi Papatar
Azari Tumanggor

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Komentar