Antara PANCASILA dan PANCAGILA


Ideologi tidak muncul dengan sendirinya. Ideologi begitu diagungkan sejak revolusi Prancis, menuntut perubahan dari dominasi politik Roma yang begitu berkuasa saat itu. Ideologi menjadi visi yang komprehensif, sains tentang ide, juga menjadi pandangan politik untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif yang diajukan oleh kelompok dominan kepada seluruh masyarakat. Maka ideologi tidak akan berfungsi tanpa logika berpikir pada setiap dalil dan pernyataan untuk kemudian menjadi ruh dari setiap langkah kebijakan politik, dan juga ciri khas dari setiap individu yang meyakini itu.

Ideologi pancasila juga demikian. Gejolak penjajahan telah menuntut para pemikir bangsa ini untuk merumuskan sebuah pandangan hidup berbangsa dan bertanah air. Pancasila menjadi wujud perkembangan dalam pemikiran manusia terhadap kehidupan sosial politik, juga sebagai hasil penemuan pemikir dalam mengkaji berbagai hal tentang pokok permasalahan dalam negeri ini. Ideologi ini juga menjadi acuan yang mendasar ketika para pejabat Negara mengambil sebuah kebijakan fiskal yang menentukan kesejahteraan masyarakat. Melalui proses yang tak mudah harusnya membuat kita memahami bahwa memaknai pancasila menjadi sebuah ruh juga tak sekadar membaca isi pancasila tiap kegiatan upacara bendera. Karna kebanggaan bernegara terlihat dari kondisi sosial sebagai wujud dari pengorbanan dan pelayanan sebagai buah dari pemikiran.

Pancagila disebut salah seorang aktivis Tobasa, yang tak perlu disebut namanya kemudian dihadapkan pada peradilan hukum. Kalau kita menimbang, apakah itu sebuah penyimpangan ideologi? Ketidak-teraturan sosial serta keadaan ekonomi yang makin menyempit, memunculkan pertanyaan tentang ideologi(cara berpikir) apakah yang sedang dianut oleh penentu kebijakan di daerah itu, hingga kebijakan semakin krusial dan tak kunjung memberi harapan yang begitu lama dinanti-nanti sejak Indonesia merdeka. Lalu apakah itu penghinaan?

Penghinaan adalah sebuah tindakan yang mengakibatkan kerugian orang lain dengan mencemarkan nama baik. Lalu dengan mempertanyakan cara berpikir pemangku kebijakan, siapakah yang dirugikan?

Dengan adanya ideologi yang abstrak tanpa pemahaman dan tindakan, akan membuat pemangku negeri ini dengan mudah mempertahankan status quo, memutar balikkan fakta, serta dengan mudahnya berlindung di balik ideologi tanpa pencermatan. Kecintaan ideologi oleh masyarakat yg membuta akan dengan mudahnya digiring menjadi pundi-pundi kebijakan sekali pun tidak berpihak pada rakyat. Bukankah dengan itu juga Soeharto dengan mudahnya telah membunuh jutaan rakyat di negeri ini? Tanpa peradilan yang tak transparan pula.

Mempertanyakan cara berpikir yang tidak berdasarkan pada pancasila, tentu akan sangat merugikan pembuat kebijakan yang haus akan popularitas dan kekuasaan, sekali pun tidak menjamin kesejahteraan rakyat. Politik ideologi akan setara dengan politik agama jaman Romawi kuno bila tak dimaknai secara mandalam. Hal seperti inilah yang perlu kita luruskan bersama sebagai generasi pendidik, sebagai angkatan muda terpelajar yang diyakini akan membawa perubahan kearah harapan serta cita-cita bangsa yang merdeka
.
Pancagila tidak lain adalah kritik cara berpikir, dimana dalam arus globalisasi telah membuat sebagian besar masyarakat kehilangan kendali, terjebak dalam praktik kapitalisme yang sama sekali lawan dari pancasila. Dan sebagai mahluk yang diberikan kebebasan berpikir, membuat kita harusnya menghilangkan hal-hal normatif yang diyakini tanpa makna. Untuk itu, sangat perlu menanyakan cara berpikir kita masing-masing sebelum berkomentar atau berbuat dalam tiap gerakan serta pelayanan sehari-hari.

Pancasila telah menjadi ciri khas bangsa Indonesia. Hendaknya nilai-nilainya menjadi jawaban dari setiap problem permasalahan pemerintahan saat ini, juga menjadi landasan pemutusan kebijakan yang berkeadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, terkhusus daerah Humbang Hasundutan, daerah Pakkat, Parlilitan, Tarabintang yang aku yakini masih jauh dari peradaban politik demokrasi yang semestinya. Karna Ideologi adalah pemikiran menuju keadilan, kesetaraan dan kesejahteraan bersama yang melalui proses berfikir manusia untuk menentukan aturan-aturan dalam kehidupan.

Horas..
Azari Tumanggor
(Himpunan Mahasiswa Pakkat)


Share this

Related Posts

Previous
Next Post »

Komentar