Pandemi Covid-19, PAPATAR diasingkan Pemkab Humbang Hasundutan



"Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia" adalah point kelima pancasila sekaligus menjadi semboyan kesejahteraan yang sering didengungkan. Dalam memperingati hari lahir pancasila 1 Juni, perlu diingatkan kembali untuk "menjemput yang tertinggal" terkhusus daerah pinggiran dengan berbagai persoalan sosial didalamnya. Itu juga yang membuat Jokowi dicintai pinggiran dan terpilih kembali periode kedua.

Berbeda dengan cara Jokowi menjemput dalam ketertinggalan, Bapak Dosmar Banjarnahor justru mengasingkan beberapa kecamatan dari hasil refocussing serta realokasi anggaran APBD TA  2020.
Penanganan pandemi covid-19 memang berpedoman kepada Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan Nomor 119/2813/SJ dan 117/KMK.07/2020 tentang Percepatan Penyesuaian APBD Tahun 2020 Dalam Rangka Penanganan Covid-19, serta Pengamanan Daya Beli Masyarakat dan Perekonomian Nasional (SKB Mendagri dan Menkeu), dan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 35/PMK.07/2020 tentang Pengelolaan Transfer ke Daerah dan Dana Desa TA 2020 dengan pelaksanaan dalam tiga hal; Pertama adalah Refocusing Anggaran K/L dan pemerintah daerah (Pemda) untuk percepatan penanganan COVID-19. Kedua, Realokasi Cadangan Belanja untuk mendukung pelaksanaan Gugus Tugas COVID-19. Ketiga, penghematan belanja K/L dan meningkatkan efisiensi belanja untuk mendukung proses penanganan dan dampak COVID-19.

Hasil refocussing ini diharapkan bisa menangani dampak ekonomi akibat covid-19, tanpa terkecuali diwilayah pemda. 
Pengadaan bibit bawang merah senilai 24 ton dari Brebes oleh Kabupaten Humbang Hasundutan, dengan sengaja atau tidak sengaja mengasingkan PAPATAR (Pakkat, Parlilitan, Tarabintang) secara perlahan, lantaran papatar tidak menghasilkan bawang merah secara produktif (Sumber: BPS 2020).
Anehnya, walau tau tidak produktif bibit bawang merah tetap dibagikan disana.
Pengadaan bawang merah dari hasil refocussing itu terlihat asal-asalan dan ugal-galan tanpa memikirkan dampak covid-19 diseluruh wilayah Humbang Hasundutan.
Padahal dalam berbagai pengamatan, Papatar tergolong daerah termarjinalkan di Humbang Hasundutan dengan didapatinya banyak masyarakat berpenghasilan 10/hari. Sehingga bila ditinjau dari perputaran uang saja, pengaruh dampak covid-19 sangat nyata disana. 

Ditulis oleh: Azari Tumanggor dalam memperingati hari lahir pancasila.
Masyarakat sudah percaya PANCASILA, mohon pemerintah juga
"Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia"

DARI HUMBAHAS HEBAT KE GANTI DPRD
















2019 akan menjadi satu-satunya kesempatan rakyat dalam menentukan pemimpin baik Presiden, Wakil Presiden, DRR-RI, DPRD Tingkat I, DPRD Tingkat II, dan DPD. Kesempatan ini harus menjadi gerakan idealisme rakyat Indonesia untuk menghentikan kekonyolan politik di negeri ini. Kalau kita menilik sejarah politik dari masa ke masa, maka tidak seharusnya kita berada dalam degradasi ide untuk memutuskan setiap persoalan yang hari demi hari dipertontonkan di media. Intimidasi moral, intoleransi, perdebatan politik abal-abal hanyalah pembodohan system yang seakan-akan menjadi kebenaran   agar kita tidak terfokus pada persoalan pendidikan, ekonomi, tata kelola pemerintahan daerah, termasuk mengenal figur penting di lembaga eksekuti (DPRD Tingkat I, DPRD Tingkat II).

Pembodohan politik elektoral hari ini bukan lagi mengarah pada rakyat, tapi mengacu pada elit pimpinan pusat. Makanya wajar kalau banyak calon karbitan yang hanya bermodal wajah Jokowi, meskipun banyak juga yang meniadakan wajah Prabowo dari media kampanye. Hal yang begini harus dihentikan. 2019 harus menjadi pertarungan gagasan dalam menuntaskan kesenjangan ekonomi, persoalan pendidikan, kebangkitan desa, serta menegaskan arah politik internasional

HUMBAHAS HEBAT?
Kembali ke Humbang Hasudutan. Wajah politik Humbang Hasundutan lebih banyak mengacu pada pertentangan emosinal penguasa dan oposisi, walaupun akhir-akhir ini sudah merembes pada perkembangan pertanian yang mudah-mudahan tuntas dalam menyelesaikan persoalan kesejahteraan. Ada tiga yang harus diperhatikan; Pemerintah daerah sebagai pelaksana anggaran, DPRD sebagai juru bicara rakyat (legislasi, anggaran, dan pengawasan), dan lembaga lain baik aparatur keamanan, tokoh adat, serta ormas.

Pemerintah daerah dibawah naungan Bupati Dosmar Banjarnahor berhasil menarik simponi bidang pertanian, meskipun sampai hari ini mayoritas masyarakat masih galau persoalan ekonomi.
“Banyak program pemerintah, hanya saja tidak pernah sampai ke arus bawah. Perputaran anggaran hanya dinikmati orang-orang tententu”, begitu ucapan salah seorang rakyat miskin di Parlilitan sewaktu berbincang soal kasus korupsi waktu lalu. Itulah persoalan dasarnya. Transparansi anggaran menuju good governance perlu diperbaiki. Program yang dirancang pemerintah harus dikaji sampai tahap pencapaian target, soal seberapa besar out put pada kehidupan kesejahteraan masyarakat?  Gagalnya pemerintah daerah terjadi akibat kebijakan yang tidak mengacu. Lantas bagaimana selanjutnya? Pada akhirnya kita akan sampai pada tahap seleksi, apakah layak atau tidak!

DPRD DANGKET-DANGKET!
DPRD adalah lembaga parlemen untuk meneruskan setiap aspirasi rakyat dari seluruh penjuru daerah di kabupaten Humbang Hasundutan. Mereka harus handal dalam berbicara, juga aktif menerima setiap persoalan rakyat. DPRD menjadi salah satu lembaga pembela rakyat ketika suatu saat ada ketimpangan pembangunan, juga ketidak-adilan sosial, pendidikan, dan kesehatan. Selain piawai, mereka harus menciptakan good building agar tidak terjadi negasi/penolakan pada lembaga. Sebab ketidak-percayaan rakyat pada wakil rakyat akan menjadi awalkehancuran negara dalam konsep birokrasi.

"Namun wajah DPRD Humbang Hasundutan berkata lain. Selain penyampaian aspirasi yang memprihatinkan, kajian-kajian pembangunan yang minim, serta proses hak angket yang memalukan!. Itulah penyebab ketimpangan sosial ekonomi serta menjadi penghalang terwujudnya pembangunan kemanusiaan di Kab. Humbang Hasundutan. Maka sampai hari ini, kita belum menemukan keteladanan yang baik dalam pengelolaan lembaga eksekutif.

2019 harus menjadi awal kebangkitan emosinal untuk perubahan. Orang-orang cacat ide dan keberanian, yang selama ini digaji rakyat harus diasingkan. Kampanye-kampanye yang tidak produktif harus dihentikan. Kalau tidak, sia-sialah kita hidup 10 atau 200 tahun lagi kalau tidak membuat perbedaan"

HINDARI MONEY POLITIK
Praktik money politik memang sudah menjadi hal lumrah bahkan diyakini sebagian orang menjadi kebenaran. Padahal itulah awal kehancuran idelogi dan moral bangsa. Selain menyebabkan perilaku korupsi, kita juga akan kehilangan masa depan generasi ini. Bukankah kita mengharapkan anak-cucu kita dalam posisi moral yang baik?

Praktik money politik tidak terlepas dari pola piker partai dan caleg. Partai yang berani bertarung gagasan, akan lebih mementingkan kehidupan yang beradab dan produktif dibanding kekuasaan yang dicapai dengan proses siluman. Partai dan caleg yang pecundang serta penakut akan menghalalkan money politik untuk mencapai kekuasaan.
Untuk itu rakyat harus cerdas. Bertapa hinanya kalau nanti kita memutuskan pemimpin pecundang dan penakut

Humbang Hasundutan Akibat Kebobrokan Partai Politik

Tugu Salak
Dalam situasi yang merugikan kepentingan rakyat, aku justru kebingungan mengapa banyak orang -orang muda kemudian mengagung-agungkan partai politik.
-Azari Tumanggor-

Manuver sistem partai sesungguhnya sudah lama menjangkiti masyarakat Indonesia. Penyakit-penyakit kapitalisme dan oligargi menjadi jalan panjang partai politik menuju praktik Kolusi, Korupsi dan Nepotisme dengan berbagai cara mengelabui masyarakat dari transparasi pemerintahan. Manuver politik ini berkembang menyuluti perbedaan ideologi, budaya, bahkan sampai penentuan moral anak bangsa tanpa memperhitungkan gejolak ekonomi dan posisi strategis mencapai kecerdasan serta ketangguhan rakyat dalam mewujudkan Indonesia menjadi negara yang beradab dari kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Gelombang politik yang berkepanjangan membuat generasi kebingungan antara pragmatis dan ideologis, sehingga terjebak kebuntuan dalam pembangunan yang inovatif untuk mencapai visi-misi pancasila.

Keadaan politik Humbang Hasundutan tidak lain hanya karna perbedaan kepentingan warna partai. Praktik putusan hak angket dan penolakan LPJ APBD menjadi sebuah ironi bagi masyarakat Humbahas bahwa kebenaran yang sesungguhnya bukan berdasarkan hati nurani masyarakat yang diwakili, namun meneruskan praktik oligarki untuk memenuhi eksistensi partai. Akibatnya kerindukan masyarakat untuk belajar partisipasi politik demokrasi dicorengi tingkah-tingkah ambigu dalam penentuan kebijakan pemerintah.

Hal semacam ini pernah disampaikan Ahok menjelang pemilu di Jakarta, sekali pun akhirnya beliau tumbang dalam praktik mencapai kekuasaan. Namun baiknya saya tak bicara soal mahar politik, karna itu akan menghadapkan kita pada kesiapan personal meskipun sangat mustahil. Partai politik dalam situasi yang sekarang belum ada sama sekali yang fokus memberikan pencerdasan dan pendidikan pada masyarakat, seolah-olah mereka senang dengan kebodohan yang akan di panen di pemilu selanjutnya. Sangat memprihatinkan bagi mereka yang bercita-cita menguasai orang lain.

Sebenarnya hal ini sangat biasa dalam sejarah politik dunia,  bahkan nusantara masih terjebak yang demikian. Berbicara Humbang Hasundutan mungkin mengajak pembaca untuk melihat titik hitam dalam kegelapan, namun mencerahkan setitik ini akan memancarkan sinar dan membentuk kepercayaan diri untuk revolusi politik demokrasi. Melihat kondisi Humbang Hasundutan dengan realitas, masyarakat sudah boleh berpikir memberi kepercayaan kepada partai politik demi good governance dan pelayanan yang lebih baik serta mengurangi cost politik yang sangat merugikan kesejahteraan rakyat.

DPRD yang dipilah-pilah berdasarkan fraksi sangat menyakitkan. Mereka kemudian bergerak berdasarkan kepentingan kolektif partai bukan lagi berdasarkan kebebasan berpikir untuk memperjuangkan rakyat yang diayomi diatas kertas. Dalam situasi politik yang demikian, saya justru terheran-heran mengapa orang-orang muda masih mengagung-agungkan partai politik.

Ilusi Di PAPATAR dan Penguasa Humbang Hasudutan

 
Di Toru Ni Dolok Pinapan

"Keberhasilan seorang pemimpin dapat kita lihat dari seberapa besar perubahan pembangunan itu didaerah tertinggal. Tapi sekali pun banyak mengagungkan Beliau selama sepuluh tahun, aku justru tak melihatnya di PAPATAR"
-Azari Tumanggor (Anggota Gen PAPATAR)-

Indonesia sudah merdeka selama 72 tahun, sementara Humbang Hasundutan telah mekar dari Tapanuli Utara 14 tahun yang lalu. Kalau dihitung-hitung dari jumlah APBD pertahun, sudah harusnya tak ada masalah bagi derah termarjinal dan terpinggirkan dan pembangunan fisik dan mental. Namun itulah realitasnya. Prinsip otonomi  dengan memberikan pemekaran Humbang Hasundutan dalam percepatan pembangunan daerah yang tidak dapat dijangkau Kabupaten induk seperti mengalami arah yang sesat. Mungkinkah Papatar akan lebih maju dari yang sekarang apabila tetap berada dibawah naungan Tapanuli Utara? Soal betul atau tidak, biarlah kaum moralis yang menilai.

Kita akui, selain daerah yang terpinggirkan masyarakat PAPATAR dalam sejarah perpolitikan Humbang Hasundutan juga terberlakang mental. Begitu gampangnya kita dipecah-belah dengan ilusi-ilusi pembangunan tapi tak menyadari soal sepaket dan sepakat. Ilusi ini berkembang dengan cenderung bergantung pada orang lain yang menawarkan ilusi, hingga sama sekali tak mempunyai kemandirian politik. Bukankah selama sepuluh tahun lebih kita diinabobokan oleh pemerintah dengan motto mandiri dan sejahtera? Tapi bahkan sampai sekarang kita masih berjalan bermil-mil menembus batas perladangan demi sesuap nasi yang habis untuk besok? Disertai goyangan ibu lansia seolah-olah goyangan itu seindah dangdut "Mahumere Pak Jokowi. Saya justru melihat lansia-lansia itu tetap bersawah dan berladang karna generasi papatar belum sanggup bermodus demografi. Sebab generasi kita hanya samggup bertambal ban di rantau orang.

Selama ini berbicara PAPATAR hanya menjadi agenda lima tahunan. Dan dengan tidak cerdasnya, kita langsung berlomba-lomba memberi padi ketika kaum birokrat dan pemilik modal membicarakan tawaran pupuk. Bertahun-tahun kita mempertuan ilusi, hingga tak melihat lagi waktu sudah harusnya memberi perubahan.

Namun aku melihat saatnya sudah tiba. Serangan-serangan atas kesenjangan ini harus disampaikan terus-menerus kepada pemerintah sampai kita dianggap komunis. Pencerdasan-pencerdasan tentang kemandirian politik harus diberikan terus-menerus sampai kepelosok desa untuk membentuk identitas generasi seakan-akan kita demam akan perubahan.Dengan keyakinan anak manusia akan membangkitkan kemanusiaan. Kalau itu tidak kita lakukan, maka itu tak akan pernah lagi terjadi.

Ilusi itu sudah bisa kita timbang titik dan bobotnya untuk memastikan  janji politik tidak hanya dijawab dengan slogan-slogan dan baliho-baliho bergambar manusia berjubah putih. Yang bagi saya tak ada ubahnya seperti monster berpikiran sesat jika melihat  kondisi sosial ekonomi pembangunan di PAPATAR, seperti yang kita rasakan bertahun-tahun.

Kita harus secepatnya bergerak, sebab ada tertulis |"Persiapkanlah jalan bagi Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya". Tapi kalau jalan ke rumah kita saja berlobang-lobang, bagaimana masyarakat PAPATAR mau terberkati?

Pemimpin “HEBAT” HUMBAHAS Jangan Gagal Bercerita.

Kecakapan komunikasi menjadi aspek yang paling penting bagi seorang pemimpin dalam menjalankan roda pemerintahan. Karna tanpa kemampuan bercerita rakyat tidak akan bisa menangkap tema, cita-cita yang ingin dibangun dalam berbagai bidang kehidupan masyarakat. Bahkan dalam alkitab pun disampaikan bahwa pemimpin harus percaya dengan keyakinan teguh terhadap kebenaran untuk kemudian disampaikan dengan penuh kemantapan. Itu menunjukkan bahwa tanpa kewibawaan suara lisan, seorang pemimpin akan tetap dibawah pengaruh, juga diyakini rakyat berada dalam bayang-bayang  golongan tertentu.

Kehadiran saya ketika dialog terbuka bersama Solidaritas Mahasiswa Humbang Hasundutan (SAHATA) tanggal 2 Agustus 2017 yang lalu di Kantor Bupati Humbang Hasundutan, menyimpulkan bahwa selain responsif terhadap persoalan rakyat yang tak sesuai, proses penyampaian berbagai program beliau pun diluar harapan yang selama ini kubayangkan dari seorang pemimpin yang mempunyai cita-cita tinggi. Percakapan itu segera kuterjemahkan dalam ambiguitas, apakah Bapak Bupati dengan terpaksa menerima kami mahasiswa, sangat arogan dihadapan kami ketika berbincang langsung, atau memang persoalan psikologis yang sudah tertanam? Saya harap sedang salah menerjemahkan.

Politik tanpa cerita adalah sebuah kekacauan. Tanpa kemampuan menyusun dan menyampaikan cerita dengan baik, pemerintah hanya akan menghasilkan kebijakan yang memancing keributan belaka, begitu dituliskan dalam coteran Denny Siregar. Hal itu nyata di Humbang Hasundutan. Bebagai program yang dilaksakan oleh Bapak Bupati sejak dilantik sering kali ditanggapi negatif oleh masyarakat. Dan konyolnya, program-program itu pun sangat minim penjelasan, seolah pihak Pemkab berbuat bukan untuk rakyat.

Saya kira itu menjadi topik penting dalam pelayanan demokrasi. Pemimpin Inovatif menggunakan cerita untuk menghidupkan kembali cita-cita yang sudah lama hilang, sementara pemimpin yang visioner menciptakan cerita untuk membangkitkan sebuah transformasi atau perubahan.Pemerintah Humbang Hasundutan jangan sampai gagal bercerita dibawah kegaduhan politik. Maka dengan itu pemimpin bisa merekatkan sebuah tim dan membangkitkan ragam emosi rakyat untuk hidup dalam cita-cita bersama.

Untuk itu Bapak Bupati jangan melupakan sisi humanisnya sebagai seorang pemimpin.

Oleh: Azari Tumanggor
Anggota Generasi PAPATAR, Himpunan Mahasiswa Pakkat






LAGU PERJUANGAN MAHASISWA

Suara Mahasiswa Humbang Hasundutan
BERIKUT ADALAH BEBERAPA LIRIK LAGU PERNYEMANGAT PERJUANGAN MAHASISWA

DARAH JUANG

Disini negri kami
Tempat padi terhampar
Samudranya kaya raya
Tanah kami subur tuan…

Dinegri permai ini
Berjuta Rakyat bersimbah rugah
Anak buruh tak sekolah
Pemuda desa tak kerja…

Mereka dirampas haknya Tergusur dan
lapar bunda relakan darah juang kami
tuk membebaskan rakyat…

Mereka dirampas haknya Tergusur dan
lapar bunda relakan darah juang kami
pada mu kami berjanji…



BERDERAP DAN MELAJU

Berderap dan melaju, menuju Indonesia baru
Singsingkan lengan baju, singkirkan semua musuh-musuh

Rakyat pasti menang melawan penindasan
Rakyat kita pasti akan menang

Rakyat pasti menang merebut kedaulatan
Rakyat kita pasti akan menang



BURUH TANI

Buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota
Bersatu padu rebut demokrasi
Gegap gempita dalam satu suara
Demi tugas suci yang mulia

Hari-hari esok adalah milik kita
Terciptanya masyarakat sejahtera
Terbentuknya tatanan masyarakat
Indonesia baru tanpa Orba

Marilah kawan, mari kita kabarkan
di tangan kita tergenggam arah bangsa
Marilah kawan, mari kita nyanyikan
Sebuah lagu tentang pembebesan

Di bawah kuasa tirani
Kususuri garis jalan ini
Berjuta kali turun aksi
Bagiku satu langkah pasti



“TOTALITAS PERJUANGAN”

Kepada para mahasiswa
Yang merindukan kejayaan
Kepada rakyat yang kebingungan
Di persimpangan jalan

Kepada pewaris peradaban
Yang telah menggoreskan
Sebuah catatan kebanggaan
Di lembar sejarah manusia

Wahai kalian yang rindu kemenangan
Wahai kalian yang turun ke jalan
Demi mempersembahkan jiwa dan raga
Untuk negeri tercinta



Bangun Pemudi-Pemuda

Bangun pemudi-pemuda… indonesia
Lengan bajumu singsingkan… untuk negara
Masa yang akan datang,kewajibanmulah…
Menjadi tanggunganmu terhadap nusa…
Menjadi tanggunganmu.. terhadap nu.. sa..
Sudi tetap berusaha, jujur dan ikhlas
Untuk negeri tercinta…


Pejuang Mahasiswa

Pada para pejuang mahasiswa
Indonesia menanti langkah sucimu
Luruskan niat di hati, rapat barisan yang rapi
Jadikan diri pejuang sejati

Rakyat menderita, pejabat diam saja
Malah sibuk untuk lilin propaganda
DPR pun sama, sibuk cari muka
Untuk raih suara pemilihnya


DIAM

Mengapa Dia Diam, Mengapa Dia Diam…
Mengapa Semua Diam…
Lihat Penindasan, Ketidak Adilan…
Di Indonesia…

Apa Perlu Kita Bangkitkan Bung Karno…
(Tidak Perlu)
Apa Perlu Kita Bangkitkan Bung Hatta…
(Tidak Perlu)
Apa Perlu Kita Bangkitkan Tomo…
(Tidak Perlu)
Atau Kita…… Bergerak Sendiri…


BURUH TANI


Buruh tani mahasiswa rakyat miskin kota
Bersatu padu rebut demokrasi...
Gegap gempita dalam  satu suara
Demi ...tugas suci yang mulia...

Reff: Hari-hari esok adalah milik kita......!
Terciptanya masyarakat sejahtera
Terbentuknya tatanan masyarakat
Indonesia baru tanpa orba

Marilah kawan mari kita kabarkan
Di tangan kita... Tergenggam arah bangsa
Marilah kawan mari kita nyanyikan
Subuah lagu..........., tentang pembebasan

Di bawah kuasa tirani
Kususuri garis jalan ini....!
Berjuta kali turun aksi 2x
Bagiku satu langkah pasti 2x
Back to reff........!


HUT 14 TAHUN HUMBAHAS, PAPATAR Jangan Dijadikan Tumbal Pemekaran



Parlilitan
Pemekaran menjadi hak esensional setiap rakyat daerah, karna dengan itu setiap daerah diberi kontrol bebas menggunakan hak otonomi untuk mengelola setiap kebijakan demi kesejahteraan rakyat. Pemekaran ditujukan demi mewujudkan masyarakat madani berdasarkan cita-cita pancasila yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Maka pemekaran memunculkan harapan rakyat yang lebih baik, dimulai dari bidang ekonomi, pendidikan, pemerintahan, serta akses pengurusan administrasi yang lebih cepat dan efisien.

Jikalau kita menilik panggung perayaan Humbang Hasundutan kemarin, sama sekali pemekaran bukan ditujukan untuk rakyat. Tapi untuk kepentingan elit politik. Nampak begitu maksimalnya Pemerintahan Humbang Hasundutan mendesain pesta demi menjamu orang-orang yang berkuasa di Sumatera Utara ini. Itulah yang dapat saya disimpulkan, bahwa pemekaran 14 tahun yang lalu hanya dinikmati tokoh elit politik yang coba mengatas-namakan cita-cita rakyat.

Maka saya sebut saja PAPATAR. Jikalau kita berkomentar tanpa melihat realita, memang akan lebih nasionalis, lebih negarawan, lebih beretika dibanding coretan saya ini. Namun dalam  proses demokrasi serta partisipasi politik masyarakat papatar masih dibiarkan dalam kebodohan untuk digunakan sebagai sumber-sumber suara, dan selanjutnya tinggal dalam sebuah kenangan. Demi itu, cita-cita pemekaran harusnya kita tanamkan bersama menjadi landasan bergerak. Untuk menyuarakan bahwa mereka yang di dalam sana, tidak pantas dipertaruhkan demi kemajuan daerah lain.

Dalam sejarah pergelutan bangsa, memang tidak ada yang terjadi kebetulan. Cita-cita kehidupan masyarakat PAPATAR yang lebih baik, tak akan muncul tanpa perkembangan pemikiran serta tindakan yang dilakukan oleh kelompok terpelajar dalam menggenjot alibi pemerintah dalam melakukan amanah rakyat. Maka ketika kita sadari selanjutnya, pergerakan ini tak harus jadi pergerakan jalanan. Tapi menanamkan kesadaran, menanamkan partisipasi demokrasi, pengetahuan, juga makna kepedulian seolah-olah kita demam akan perubahan.

Untuk itu, perlu kita tegaskan bahwa PAPATAR dalam kondisi yang sekarang jangan ditumbalkan demi kepentingan elit politik. Biarlah perayaan kita hadiri dengan telanjang, untuk menyatakan bahwa  otak kita tidak primordial, menunjukkan bahwa 14 tahun Humbang Hasundutan tidak akan bisa menyembuhkan luka dan keringat selama puluhan tahun ketika cita-cita pemekaran itu disepakati bersama.

Ini bukan seruan aksi, bukan juga ajakan memberontak. Tapi mengingatkan bahwa kita juga hakikinya manusia. Dan nyatanya belum ada tokoh terlihat  yang memperhatikan relita yang terjadi di PAPATAR. Hendaknya makna kepedulian kita teruskan, seperti seharusnya.

Salam Generasi Papatar
Azari Tumanggor

Komentar