Natal identik dengan hal-hal indah. Ini mungkin saatnya
bicara tentang cinta dan kasih, dimana kita harus berdamai dengan segala manusia di bumi. Dan ternyata kehadiran Yesus Kristus masih memberikan pengaruh
yang tinggi dalam sikap moral dan prinsip sosial-humanis sejati. Maka dalam minggu-minggu advent ini, rasanya ingin meninggalkan segala polemik dan berbaur
dalam hidup baru yang melekat bahwa kita harus saling memaafkan.
Meskipun sebenarnya sejarah kelahiran Tuhan Yesus tidaklah
melalui proses yang menyenangkan, tapi hal itu tentu membuat kembali diri kita
menjadi nol. Bersih tanpa kesombongan, juga terlepas dari hujatan serta makian.
Saatnya dengan suasana natal kita berserah dan kembali ke keluarga yang penuh
romantisme dan sederhana. Sepertinya kesan-kesan seperti itu juga membuat saya
seperti dilahirkan kembali.
Natal bukanlah keharusan identik dengan gereja. Berbagai pandangan
ideologi Yesus sepertinya bisa menyatukan semua umat manusia untuk hidup
mengenal diri dan berbuat sesuatu yang istimewa untuk orang lain. Untuk itu,
natal bukanlah keegoan agama dan Yesus adalah milik semua bangsa yang mungkin
saja melalui tafsiran dan dimensi yang berbeda. Saya tak perlu menjabarkan dari
sudut pandang agama lain, karna saya merasa Tuhan adalah kesakralan pribadi dan
punya pengertian yang pribadi juga.
Sebelumnya saya minta maaf atas foto diatas tanpa pamit.
Sungguh foto itu cukup menggambarkan saya bertapa indahnya kemesraan Tuhan dan
Manusia, manusia dan sesamanya dalam kehidupan yang penuh ajaib ini. Foto ini
masih tersimpan dalam sudut-sudut bloggerku sejak natal Himpunan Mahasiswa
Pakkat 2 tahun yang lalu. Saya tak membayangkan bertapa karena foto itu bisa
menyimpul senyum dalam suasana natal yang sejuk dan tenang.
Berbagai ujian tentu saja kita hadapi. Tapi bisa melihat
natal tahun ini pun rasanya sudah cukup membanggakan iman akan kasihnya Tuhan.
Pengusiran yang terjadi di Bandung, tentu tak cukup membuat kita untuk enggan
menyatakan kasih perdamaian kepada semua umat bangsa yang ada di dunia. Natal
ini cukup menggambarkan bahwa kita mendapat ketegasan mengapa kita harus jadi
orang kristen yang sejati. Untuk itu, mari kita sampaikan salam kebangsaan.
Polemik dan tragedi yang sangat menguras hati, pikiran dan
materi, semoga bisa membawa kita kepada kedewasaan bernegara. Hal –hal demikian
memang tak akan pernah terhenti. Berbagai masalah yang bahkan mengorbankan jiwa,
akan datang menghampiri kita di ujung jalan. Tapi manusia sejati, adalah
manusia yang sanggup tersenyum dalam berbagai duri-duri jalanan, karna bisa
menahan diri penuh hati dan rasa cinta.
Melalui tulisan ini, saya bukan mengajak untuk berhenti
berpikir dan mengatakan kebenaran. Kebenaran punya perspektif relatif yang dimiliki setiap
orang melalui historinya. Itu membuat kita tidak sepemahaman sekali pun punya
ideologi yang sama. Tapi baiknya kita sampaikan sebagai sahabat. Kurasa tidak
sudi kita menelanjangi orang lain jika hanya berbeda dimensi yang ditentukan
oleh kelahiran yang tidak bisa kita tentukan sama letaknya. Selamat natal untuk
tahun 2016. Semoga lilin-lilin yang sudah hancur membawa pengertian mendalam
bagi kita bersama.
Salam damai..
Oleh: Azari Tumanggor
KETUA GMKI Komisariat FIP UNIMED